Nama : Putri Chelline Syari
NPM : 25211638
Kelas : 4EB08
Etik
merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalm
menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah pernyataan itu
baik atau buruk. Moral adalah keyakinan individu bahwa sesuatu adalah mutlak
baik, atau buruk walaupun situasi berbeda.
Isu etika yang
signifikan dengan dunia bisnis dan profesi, diantaranya :
1. Benturan Kepentingan
Benturan
kepentingan adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis perusahaan dengan
kepentingan ekonomis pribadi direktur, komisaris, atau pemegang saham utama
perusahaan. Benturan kepentingan ini dapat dikategorikan menjadi 8 jenis
situasi sebagai berikut:
a. Segala
konsultasi atau hubungan lain yang signifikan atau berkeinginan mengambil andil
di dalam aktivitas pemasok, pelanggan atau pesaing ( competitor ).
b. Segala kepentingan pribadi yang berhubungan
dengan kepentingan perusahaan.
c. Segala
hubungan bisnis atas nama perusahaan dengan personal yang masih ada hubungan
keluarga ( family ) dengan perusahaan yang dikontrol oleh personal tersebut.
d. Segala posisi dimana karyawan dan pimpinan
perusahaan mempunyai pengaruh ( control ) terhadap evaluasi hasil pekerjaan
atau kompensasi dari personal yang masih ada hubungan keluarga.
e. Segala penggunaan pribadi maupun berbagai
informasi rahasia perusahaan demi suatu kepentingan pribadi, seperti anjuran
untuk membeli atau menjual barang atau produk milik perusahaan yang didasarkan
atas informasi rahasia tersebut.
f. Segala penjualan atau pembelian perusahaan
yang menguntungkan pribadi.
g. Segala penerimaan dari keuntungan seseorang
atau organisasi atau pihak ketiga yang berhubungan dengan perusahaan.
h. Segala aktivitas yang berkaitan dengan
insider trading atas perusahaan yang telah go public yang merugikan pihak lain.
2. Etika Dalam Tempat Kerja
Dunia kerja memang menyimpan banyak sisi,
secara positif orang memang menaruh harapan dari dunia kerja yaitu untuk
memenuhi keperluan hidupnya. Namun tuntutan pekerjaan pun bila tidak dihadapi
dengan baik dapat membawa tekanan bagi pekerja sendiri. Menyikapi hal tersebut
mungkin ada hubungannya dengan fenomena maraknya kegiatan eksekutif bisnis
mendalami nilai-nilai agama. Mereka mengikuti aktivitas keagamaan seperti
tasawuf, kebaktian bersama dan lainnya untuk mengkaji dan mengaplikasikan
nilai-nilai luhuryang selama ini kerap hilang dari dunia kerja.
Kewajiban moral utama sebagai pegawai
adalah bekerja mencapai tujuan perusahaan dan menghindari berbagai kegiatan
yang akan mengancam tujuan tersebut. Dalam hal ini, etika bisnis sangat penting
untuk menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan untuk memberikan citra
positif terhadap lingkungan perusahaan. Hal demikian dibuktikan dengan ungkapan
John Rockefeller seorang industriawan terkemuka Amerika ( 1870 ) pendiri cikal
bakal Exxon Mobile, “Kemampuan bertatakrama terhadap oranglain akan saya nilai
lebih tinggi daripada kemampuan – kemampuan lain”. Berikut akan disebutkan
beberapa bentuk etika yang harus dilaksanakan dalam tempat kerja.
-
Menghormati budaya kerja di perusahaan
-
Menghormati senior dan lakukan sebagaimana mestinya tanpa bersikap
berlebihan.
-
Hormati privacy orang lain
-
Hormati cara pandang orang lain
-
Tangani beban pekerjaan masing – masing
-
Bersikap sopan terhadap seluruh orang yang ada di dalam perusahaan
tersebut.
-
Tidak semena – mena menggunakan fasilitas kantor.
3. Aktivitas Bisnis Internasional – Masalah
Budaya
Seorang pemimpin memiliki peranan penting
dalam membentuk budaya perusahaan. Hal itu bukanlah sesuatu yang kabur dan
hambar, melainkan sebuah gambaran jelas dan konkrit. Jadi, budaya itu adalah
tingkah laku, yaitu cara individu bertingkah laku dalam mereka melakukan
sesuatu. Tidaklah mengherankan, bila sama-sama kita telaah kebanyakan
perusahaan sekarang ini. Para pemimpin yang bergelimang dengan fasilitas dan
berbagai kondisi kemudahan. Giliran situasinya dibalik dengan perjuangan dan
persaingan, mereka mengeluh dan malah sering mengumpat bahwa itu semua karena
SDM kita yang tidak kompeten dan tidak mampu. Mereka sendirilah yang membentuk
budaya itu (masalah budaya). Semua karena percontohan, penularan dan panutan
dari masing-masing pemimpin. Maka timbul paradigma, mengubah budaya perusahaan
itu sendiri. Budaya perusahaan memberi kontribusi yang signifikan terhadap
pembentukan perilaku etis, karena budaya perusahaan merupakan seperangkat nilai
dan norma yang membimbing tindakan karyawan. Budaya dapat mendorong terciptanya
prilaku. Dan sebaliknya dapat pula mendorong terciptanya prilaku yang tidak
etis.
4. Akuntabilitas Sosial
Tujuan Akuntanbilitas Sosial, antara
lain :
· Untuk mengukur dan mengungkapkan dengan
tepat seluruh biaya dan manfaat bagi masyarakat yang ditimbulkan oleh
aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan produksi suatu perusahaan
· Untuk mengukur dan melaporkan pengaruh
kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya, mencakup : financial dan managerial
social accounting, social auditing.
· Untuk menginternalisir biaya sosial dan
manfaat sosial agar dapat menentukan suatu hasil yang lebih relevan dan
sempurna yang merupakan keuntungan sosial suatu perusahaan.
5. Manajemen Krisis
Manajemen krisis adalah
respon pertama perusahaan terhadap sebuah kejadian yang dapat merubah jalannya
operasi bisnis yang telah berjalan normal. Artinya terjadi gangguan pada proses
bisnis ‘normal’ yang menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan untuk
mengoptimalkan fungsi-fungsi yang ada, dan dengan demikian dapat dikategorikan
sebagai krisis.
Kejadian buruk dan
krisis yang melanda dunia bisnis dapat mengambil beragam bentuk. Mulai dari
bencana alam seperti Tsunami, musibah teknologi (kebakaran, kebocoran zat-zat
berbahaya) sampai kepada karyawan yang mogok kerja. Segala kejadian buruk dan
krisis, berpotensi menghentikan proses normal bisnis yang telah dan sedang
berjalan, membutuhkan penanganan yang segera (immediate) dari pihak manajemen.
Penanganan yang segera ini kita kenal sebagai manajemen krisis (crisis
management).
Saat ini, manajemen
krisis dinobatkan sebagai new corporate discipline. Manajemen krisis adalah
respon pertama perusahaan terhadap sebuah kejadian yang dapat merubah jalannya
operasi bisnis yang telah berjalan normal. Pendekatan yang dikelola dengan baik
sebagai respon terhadap kejadian itu terbukti secara signifikan sangat membantu
meyakinkan para pekerja, pelanggan, mitra, investor, dan masyarakat luas akan
kemampuan organisasi melewati masa krisis.
Aspek dalam Penyusunan
Rencana Bisnis
Setidaknya terdapat
enam aspek yang mesti kita perhatikan jika kita ingin menyusun rencana bisnis
yang lengkap. Yaitu tindakan untuk menghadapi :
1. Situasi darurat
(emergency response),
2. Skenario untuk
pemulihan dari bencana (disaster recovery),
3. Skenario untuk
pemulihan bisnis (business recovery),
4. Strategi untuk
memulai bisnis kembali (business resumption),
5. Menyusun
rencana-rencana kemungkinan (contingency planning), dan
6. Manajemen krisis
(crisis management).
Sumber :